KRONOLOGI KISRUH PILPRES DI HONG KONG: Ini Versi Buruh Migran Indonesia - JAKARTA � Pemungutan suara Pilpres 2014 di Hong Kong dikabarkan ricuh. Ratusan warga negara Indonesia (WNI) diberitakan tidak dapat memberikan hak suara mereka.
Ilustrasi - Pemungutan suara Pilpres 2014 di Hong Kong dikabarkan ricuh. Seorang buruh migran Indonesia (BMI), Fera Nuraini, menuliskan kronologi kejadian tersebut di blog-nya
Kabar tentang kericuhan saat pencoblosan Pilpres 2014 di Hong Kong ramai dibicarakan di media sosial Facebook dan Twitter. Sebagai contoh adalah kicauan dari akun Twitter
@dennyindrayana milik Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana.
Denny meretweet kicauan akun @FandiSido yang berbunyi "Bagi yang belum tahu duduk perkara kisruh
#pilpres Hongkong hari ini, sila baca
http://www.feranuraini.com/2014/07/500-lebih-bmi-protes-karena-tidak-bisa.html?m=1 � Jangan sebarkan berita tidak akurat.
Berikut ini kisah dari Fera Nurain, buruh migran Indonesia di Hong Kong, yang menuliskan kejadian yang dia saksikan di blog pribadinya
http://www.feranuraini.com, diposting pada 6 dan 7 Juli, saat pemungutan suara Pilpres 2014 di Hong Kong 6 Juli seperti diretweet oleh Denny Indrayana:
Pilihan Presiden 2014 yang dilaksanakan di Hong Kong pada hari Minggu, 6 Juli 2014 berakhir dengan aksi demo dari para BMI yang gagal mencoblos karena TPS sudah tutup.
Saya sendiri datang ke TPS jam 8.30 pagi dan antrian sudah memanjang. Antrian antara yang sudah mendapatkan undangan dan tertera nomor TPS serta jam berapa bisa nyoblos dengan mereka yang antri karena tidak terdata jadi satu. Padahal yang mendapatkan undangan tidak perlu antri dan bisa langsung masuk ke TPS.
Sampai jam mendekati angka 10 pagi antrian tambah banyak dan tak ada panitia yang memberi pengarahan soal perbedaan antara yang bisa langsung masuk ke TPS dan yang harus antri tanpa undangan.
Samakin siang antrian semakin memanjang. Karena suasana sangat panas, suhu hari ini 33 derajat dan ditambah lagi dengan puasa, ada 7 orang BMI yang pingsan dan dibawa ke tenda kusus yang telah disiapkan, ada tenaga medis di sini.
Waktu terus berputar dan hujan deras sempat mengguyur lapangan Victoria Park jam 11 siang, tetapi antrian tetap tertib, tidak akan yang lari keluar dari barisan antrian untuk menghindari hujan.
Pihak panitia terlihat mulai kewalahan melihat antrian yang memang di luar dugaan meski kata PPLN dan KJRI sudah diantisipasi sebelumnya.
Di paragraf atas saya sebutkan bahwa bagi yang mendapatkan undangan dengan nomor TPS tidak perlu antri, bisa langsung masuk ke TPS sesuai nomor untuk mencoblos. Tapi apa yang terjadi? Mereka tetap antri, bercampur dengan BMI yang ingin memilih dengan membawa KTP (tidak terdaftar DPT).
Di sinilah yang membuat antrian sangat panjang. Woro-woro dilakukan di depan pintu TPS tanpa pengeras suara oleh panitia, padahal antrian yang jauh dari pintu TPS sangat panjang dan tidak mendengar himbauan tersebut.
Akhirnya ada panitia yang menerima beberapa masukan dari BMI untuk membuka pintu lain selain pintu masuk TPS, jadi yang mendapatkan undangan bisa langsung masuk tanpa antri. Pintu masuk ke TPS hanya satu.
Saya sendiri tidak menyangka dengan antusiasme para BMI Hong Kong dalam Pilpres ini. Untuk diketahui bersama, saat Pileg April lalu, BMI yang mencoblos ke TPS sekitar 6000 lebih, sedangkan saat Pilpres ini ada 32.000 lebih. Bisa dikalikan berapa kali lipatnya.
TPS ada 13 dengan 5 bilik suara setiap TPS, tenaga untuk pendataan ada 2 orang di setiap TPS. Yang membawa undangan dicocokkan dulu dengan barcode di database dan masih mengecek KTP Hong Kong pemilih, ini juga makan waktu. Malah ada petugas yang bertanya soal berapa tahun di Hong Kong, kenapa KTP kok fotonya belum ganti. Ini sebenarnya gak perlu, cukup mencocokkan data saja lalu bisa mencoblos.
Melihat antrian yang masih panjang dan waktu semakin mepet, akhirnya panitia memberi kelonggaran untuk masuk ke area TPS dan mengantri di depan TPS. Tapi antrian di luar TPS juga masih terus bertambah.
Saya tanya ke beberapa panitia soal kemungkinan perpanjangan waktu pencoblosan karena antrian masih panjang, tapi mereka geleng-geleng kepala pertanda tidak bisa. Finaly, pencoblosan tetap ditutup jam 5 sore sesuai jadwal. Ijin penggunaan lapangan hanya sampai jam 5 sore dan tidak bisa diperpanjang lagi.
Jadi kalau ada yang bilang mereka sengaja datang terlambat itu salah. Saya salah satu saksi diantara banyak saksi yang sepanjang pencoblosan ada di TPS.
Sampai akhirnya terjadilah aksi dari kawan-kawan BMI yang tidak bisa mencoblos karena TPS tutup.
Bawaslu, PPLN, KJRI dan semua panitia pemilu tidak bisa berbuat apa-apa melihat para BMI teriak-teriak meminta pintu masuk dibuka. Lalu karena gemas dan marah akhirnya para BMI merobohkan pagar pembatas dan merangsek masuk area pencoblosan.
Data nama-nama siapa saja yang menjadi saksi dan mendengar langsung bahwa ada petugas Bawaslu yang bersedia membuka TPS asal mereka mencoblos nomor satu sudah ada dan akan dilaporkan.
Itulah yang membuat BMI yang tidak bisa mencoblos menjadi kian keras bersuara menunjukkan kemarahannya dan meminta panitia untuk membuka TPS. Negosiasi berjalan alot dan PPLN tetap tidak bisa memperpanjang waktu karena jam sewa lapangan sudah ditutup.
Cerita lain dalam aksi ini adalah saat melihat beberapa BMI menangis dan terlihat sangat sedih karena gagal menggunakan hak pilih untuk Capres idolanya.
Dia menangis karena gagal mencoblos Jokowi.
"5 tahun sekali dan saya gagal mencoblos karena sudah tutup padahal antri dari jam 3, bayangkan bagaimana sedihnya saya, Mbak." Curhat BMI asal Kediri yang sudah 6 tahun di Hong Kong.
Di sisi lain Pilpres di Hong Kong tahun 2014 menjadi sejarah tersendiri karena untuk pertama kalinya dan satu-satunya ada TPS untuk pencoblosan bagi WNI yang di luar negeri.
Cerita lain soal Pilpres masih ada. Sila klik tulisan lain soal Pilpres dan BMI Hong Kong di Blog ini.
KISRUH DI KAMPUNG JAWA
Saya ingin berbagi cerita lain yang cukup bikin gempar lapangan Kampung Jawa di Hong Kong.
Semakin sore antrian semakin memanjang. Antrian di depan cukup padat sampai belakang pintu masuk pun masih berjubel. Jam 5 sore TPS sudah ditutup dan yang antri di bagian belakang tidak tahu kalau TPS sudah tutup. Akhirnya Jam 5.15 sore 500 lebih BMI membuka paksa pagar pintu masuk TPS.
Mereka meminta PPLN untuk membuka TPS karena mereka ingin menggunakan hak suaranya. Sayangnya karena TPS sudah tutup jam 5 sore, mereka tetap tidak diijinkan untuk mencoblos. Mereka kecewa, mereka marah bahkan ada yang menangis.
"Kenapa gak bisa nyoblos? Buka! kami ingin nyoblos." Teriak mereka.
Suasana lapangan pun berubah ramai. BMI yang tidak bisa mencoblos terus teriak untuk "buka, buka, buka" tapi tetap tidak bisa karena TPS sudah tutup.
Mereka ini adalah BMI yang tidak terdata dalam DPT dan datang ke TPS berbekal KTP Hong Kong.
Jam 5.30 sampai jam berbuka puasa suasana masih panas. Antara KJRI, PPLN dan Bawaslu Pusat bergantian memberi penjelasan kepada BMI
yang gagal mencoblos agar paham kondisi lapangan.
Ijin lapangan hanya sampai jam 5 sore, KJRI sudah meminta perpanjangan waktu tapi tidak diberikan oleh pihak Victoria Park. Kecewa? Sangat kecewa pastinya.
Mereka yang tidak bisa mencoblos terus melakukan aksi protes dan mengikuti panitia yang lalu lalang di lapangan untuk membuka TPS.
Beberapa panitia dari KJRI, PPLN dan Bawaslu yang saya mintai keterangan mereka menjawab tidak bisa berbuat apa-apa karena keputusan ada di KPU pusat bahwa pencoblosan hanya sampai jam 5 sore waktu Hong Kong.
DPT di Hong Kong untuk Pilpres tahun ada tercatat 114.626, waktu Pilihan Legislatif ada 102.000 lebih.
Yang konfirmasi mencoblos via pos sebanyak 18.000 lebih, 2000 surat kembali ke KJRI karena alamat kurang jelas atau si penerima sudah pindah.
Yang datang langsung ke TPS sebanyak 32.000 lebih, waktu Pileg yang datang ke TPS 6000 lebih.
PROFIL FERA NURAINI (PEMILIK BLOG)
Waktu SMP saya punya cita-cita menjadi "Pramugari" biar bisa naik pesawat untuk keliling dunia dengan gratis, namun sayang, cita-cita tak kesampaian. Meski pun saya sudah bisa merasakan bagaimana rasanya naik pesawat, namun bukan menjadi Pramugari tapi menjadi seorang BMI di Hong Kong, saya tetap bersyukur. Ternyata DIA sangat adil meski pun dengan cara yang lain.
Blog ini pengennya sih akan saya isi tentang seputar Buruh Migran Indonesia (BMI) yang berada di Hong Kong, namun tak menutup kemungkinan akan ada tulisan di luar itu.
Berawal dari kebiasaan suka baca buku dan media sosial kususnya BLOG membuat saya juga ingin sekali bisa menulis lalu dibaca banyak orang. Pelan-pelan saya mulai belajar untuk memberanikan diri menulis meski pun ejaannya masih amburadul.
Tidak terasa hampir 2 tahun saya belajar menulis di blog. Ternyata bisa berbagi dengan banyak orang meski lewat tulisan itu ada kepuasan tersendiri.
OK, sekian dulu coretan tentang saya.
Fera Nuraini
Sementara itu, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Muhammad menilai pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 di Hong Kong berjalan lancar."Secara umum berjalan lancar dan baik," katanya kepada Antaradi Beijing, Minggu malam, usai memantau keseluruhan proses pemungutan suara Pilpres 2014 di Hong Kong. - Kabar24.com
Sumber: http://www.kabar24.com/nasional/read/20140707/98/223194/kronologi-kisruh-pilpres-di-hong-kong-ini-versi-buruh-migran-indonesia