[Dedikasi untuk negeri] Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69
Speechless, ternyata sudah menjelang tanggal 17 agustus yang berarti Negara Kesatuan Republik Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-69. Sungguh bukan usia yang muda di angka itu, jika manusia usia segitu sudah jadi kakek nenek dan sudah punya cucu.
Dulu... pada setiap bulan Agustus
Seminggu sebelum detik-detik proklamasi
Teringat waktu masa-masa sekolah dulu, namanya 17 agustus atau masuk bulan agustus itu meriah, bendera merah putih berkibar dimana-mana.
Dari tanggal 10 agustus tiap Kepala Desa sudah menyerukan warganya untuk segera memasang tiang dengan bendera merah putih di depan rumahnya, apapun keadaannya wajib dipasang, adapun pernak-pernik bendera lainnya itu adalah pilihan, dan walaupun pilihan tetap saja warga saat itu antusias untuk memasang bendera merah putih dalam segala bentuk dan ukuran, di setiap jalan dan gang, pokoknya benar-benar terasa kalau bulan itu adalah bulan kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya jalanan dan rumah penduduk, bahkan kendaraan pun wajib memasang bendera merah putih di spion atau dimanapun asal ada merah putih padanya, entahlah saat itu kena tilang atau tidak kalau tidak memasang bendera merah putih pada kendaraan mereka, yang pasti sepertinya akan ada perasaan malu kalau di kendaraan mereka tidak terpasang bendera merah putih.
Berbagai perlombaan di bulan Agustus
Kemeriahan bulan agustus juga diwarnai dengan banyaknya lomba dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, banyak perlombaan baik tingkat desa maupun tingkat kabupaten/kota dalam rangka hari kemerdekaan Republik Indonesia ini
1. Balap karung
2. Makan kerupuk
3. Bakiak
4. Panjat pinang
5. Tarik tambang
6. dan banyak lagi.
Pada hari detik-detik proklamasi
Saat itu, setiap siswa wajib mengikuti upacara bendera dalam rangka merayakan proklamasi kemerdekaan republik indonesia, tidak pandang sekolah dimana, pada hari itu wajib berkumpul untuk upacara menghormati dan merayakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di lapangan terbesar yang ada di daerah masing-masing.
Yang hadirpun tidak hanya siswa dan peserta upacara saja, melainkan juga warga sekitar yang turut serta ikut hikmat mengikuti jalannya upacara bendera 17 agustus. Antusias warga saat itu, didasari beberapa alasan; karena memang ingin ikut serta merayakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, karena ingin menyaksikan pentas drum band siswa-siswa dari sekolah terpilih yang diikutkan dalam upacara tersebut, atau karena ingin menyaksikan pentas seni berupa beberapa kesenian daerah dari beberapa desa yang diikutkan untuk pentas sukarela dalam rangka merayakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, serta alasan-alasan lainnya.
Yang pasti 17 agustus itu meriah, sangat ramai, kendaraan umum padat penumpang bahkan sering karena tidak mendapat angkutan, pulang jalan kaki, tapi tetap senang karena tidak sendiri melainkan ramai-ramai jalan kaki betapapun jauh jaraknya.
Menghabiskan waktu di tempat wisata
Biasanya upacara dan pentas seni di lapangan itu akan selesai sekitar jam 12-an siang, maka karena tidak ingin melewatkan hari libur tersebut, biasanya warga pun antusias mendatangi tempat-tempat wisata yang ada, ada yang ke gunung, ke air terjun, ke pasar dan kemanapun tujuan mereka untuk menghabiskan hari libur hari itu.
Saat upacara penurunan bendera sang saka merah putih
Sore hari, masih ada lagi upacara, yaitu upacara penurunan bendera sang saka merah putih. walaupun upacara itu tidak disertai adanya pentas seni apapun, warga saat itu masih antusias untuk mengikuti jalannya upacara tersebut, karena namanya upacara 17 agustus itu sangat sakral dan hanya terjadi setahun sekali.
Masih teringat saat itu kami datang satu mobil rombongan untuk mengikuti upacara penurunan bendera sang saka merah putih di lapangan kecamatan.
Setelah berlalu 17 agustus
Dulu... warga tidak terbatas waktu untuk merayakan proklamasi kemerdekaan republik indonesia hanya di tanggal 17 agustus saja. Setelah hari itu, bendera-bendera masih terpasang sampai beberapa hari berikutnya, dan biasanya beberapa hari setelah 17 agustus akan diadakan karnaval di pusat kota berupa pameran karya masyarakat dalam bentuk seni menghias mobil, pentas seni rakyat, dan apapun yang mengundang keramaian masyarakat untuk menghadirinya, dan sangat terlihat antusias masyarakat saat itu untuk menghadirinya.
Pada hari yang berbeda, tidak hanya di pusat kota, di tiap kecamatan juga biasanya ada pentas seni dan karnaval lagi untuk merayakan proklamasi kemerdekaan republik indonesia. Dan antusias masyarakat terlihat lagi di sini untuk menghadirinya.
Seolah 17 agustus atau bulan agustus adalah hari dan bulan yang sangat dinanti masyarakat saat itu, termasuk saya sendiri.
17 agustus sekarang
Dan... terasa berbeda ketika melihat dan merasakan 17 agustus atau bulan agustus sekarang ini, saya seperti tidak lagi menemukan keramaian itu. Di setiap rumah, tidak terlihat bendera merah putih terpasang di tiang depan rumah, kecuali hanya satu dua rumah saja.
Bahkan tahun kemaren dan tahun-tahun sebelumnya setelah adanya yang namanya reformasi, upacara bendera 17 agustus untuk merayakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak lagi seramai dulu; tidak ada antusias masyarakat untuk menghadirinya, tidak ada pentas seni dari warga sekitar dan tidak ada keramaian pada saat dan setelah upacara 17 agustus.
Yang masih ada adalah perlombaan-perlombaan menjelang 17-an dan juga karnaval pentas seni masih bisa ditemui, tapi itu konteksnya adalah kesenangan belaka, sedangkan konteks kesakralan 17 agustus seakan mulai pudar pada sebagian masyarakat Indonesia. Saya yakin tidak semuanya seperti ini, sebab masih banyak manusia-manusia Indonesia yang mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi, sangat tinggi menjunjung nilai-nilai dan martabat Negara Kesatuan Republik Indonesia
Semoga ke depannya akan lebih baik dari hari ini dan juga hari kemarin dan setelahnya akan semakin baik lagi. Merdeka!!!
Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/53ef85a10d8b4699208b461b/indonesiaku-upacara-hari-kemerdekaan-yang-terlupakan/